Friday, October 31, 2014

#HatiUntukCellista: Wujudkan Transplantasi Hati untuk Cellista

Teman-teman, di postingan kali ini saya ingin menceritakan tentang salah satu anak kami di Rumah Ramah Rubella yang bernama Cellista. Saya harap teman-teman sudi membaca cerita ini sampai akhir.


Pengumuman Lomba Review #LetterstoAubrey

Holaaaa. Pasti blogpost ini sudah ditunggu-tunggu kan? *geer akut* Yes, saya mau mengumumkan review terpilih untuk Lomba Review #LetterstoAubrey. Sorry for the late announcement, salim satu-satu dulu nih. Mohon dimaafkan ya teman-teman.


Thursday, October 30, 2014

Sehari di Anugerah Jurnalistik Aqua IV


Pernah nggak berniat keras buat tidur awal karena badan udah rontok dibuat begadang terus tapi malah nggak bisa tidur? Hiks. Saya lagi ngalamin nih. Nggak bisa tidur sama sekali. Nggak ngantuk blas! Hih! Yaudah yah, daripada bengong mending cerita tentang acara puncak Anugerah Jurnalistik AQUA (AJA) IV tanggal 23 Oktober lalu. :))) Note: tulisan ini banyak ngalor-ngidul nya. Jadi, bacanya santai aja yah. ^_^

Tuesday, October 28, 2014

Peserta Lomba Review #LetterstoAubrey

Awal Oktober lalu, saya bersama Stiletto mengadakan Lomba Review #LetterstoAubrey di sini. Lomba review ini bisa berjalan berkat dukungan para sponsor. So, I'd like to say thank you very much to Blackmouz Milestone, Fitinline, Mothercare Indonesia, and Stiletto.

Tak ketinggalan, terima kasih juga untuk teman-teman yang sudah ikutan, yes. Ini dia daftar peserta Lomba Review #LetterstoAubrey: 

Monday, October 27, 2014

Lomba Review #LetterstoAubrey

Hola... Setelah ngadain Giveaway #LetterstoAubrey kemarin, kali ini saya dan Stiletto Book (dan tentu saja atas dukungan para sponsor) pengen ngadain seseruan bareng buku Letters to Aubrey lagi. Kali ini seseruannya adalah:

Lomba Review #LetterstoAubrey


Jembreng hadiahnya dulu ah biar pada semangat. Puji syukur, saya mendapat sponsor yang murah hati untuk mendukung Lomba Review #LetterstoAubrey ini. Thanks a bunch to Blackmouz Milestone, Mothercare, Fitinline, dan Stiletto Book. Ini dia hadiahnya:

Friday, October 17, 2014

Ayah Ibu, Jangan Sampai Aku Melihat Kalian Berhubungan Badan


Di postingan sebelumnya, saya cerita tentang keheranan saya terhadap anak-anak usia SD zaman sekarang. Kok bisa sudah cinta-cintaan dan bikin surat cinta dengan kata-kata sedemikian 'berat' nya. Surat cinta dan cerita lengkapnya bisa diintip di sini. Postingan ini mungkin masih senada, karena saya menulis juga diliputi perasaan heran. Kalau yang lalu tentang cinta, kali ini tentang seks. Rasanya cerita cinta anak SD sebelumnya jadi 'nggak ada apa-apanya' dibandingkan cerita ini.

Ceritanya saya dengar kemarin lusa, saat saya mengantar Ubii menjalani terapi rutinnya. Terapis Ubii sudah seperti teman buat saya. Jadi sesi fisioterapi pasti ramai dengan gelak tawa dan cerita-cerita kami. Tapi kemarin lusa beliau bercerita tentang hal yang bikin saya shocked. Saya ceritakan di sini karena menurut saya ini penting untuk dibagikan, terutama untuk teman-teman saya yang juga sudah menjalani peran sebagai orangtua.

Wednesday, October 15, 2014

Anak SD Kok Sudah Pacaran?

Ya ampun, blogpost terakhir saya itu tanggal 1 Oktober 2014. 2 minggu absen ngisi blog ini (Halah, gaya), cuma blogwalking aja dan ngisi blog Letters to Aubrey. Eh, udah pada pernah mampir ke blog Ubii? Boleh loh kalau mau mampir. Hihihi. Teteup. Yah, saya bingung nih mau nulis apaan. Yang lagi marak itu tentang video bullying murid SD di Bukittinggi yah. Kemarin saya nulis tentang itu di status Facebook saja. Di blog udah banyak yang nulis, salah satunya kawan saya, Mak Winda. Tulisannya bisa diintip di sini. Jadi saya menulis yang lain aja deh. :)))

Siapa sih orang waras yang nggak mengerutkan dahi dan merasa miris saat melihat video bullying siswa SD yang sedang hot itu? Yakin, pasti semuanya ikut sedih dan terutama nggak habis pikir kenapa anak SD zaman sekarang bisa sebrutal itu (Brutal, am I using the right word?). Bagaimana bisa anak usia SD terpikir melakukan aksi sekejam itu. Nggak hanya menyakiti secara fisik, tapi juga mempermalukan si siswi yang dibully. Lantas, kita juga jadi mengenang masa SD kita dan membandingkan dengan masa SD zaman sekarang. Dulu, saat saya SD, kenakalan paling berani kawan-kawan paling-paling 'hanya' sekedar mencontek, bolos jam piket, atau nggak mengerjakan PR. Makanya saya juga gagal paham, ada apa dengan generasi kanak-kanak usia SD kini? Apa yang terjadi? Terlalu banyak menonton tayangan kekerasan kah? Dulunya juga korban bullying sehingga ia jadi melampiaskan dendamnya dengan membully anak lain kah? Bergaul dengan tetangga/teman yang lebih tua sehingga terpengaruh hal kurang baik kah? Atau, kurang komunikasi dan pengawasan dengan orangtua nya? Atau, mencontoh apa yang dilakukan ibu nya saat ibu nya nyinyirin emak-emak lain? Kita tentu tau dong, sekarang ibu-ibu pun dengan mudahnya saling nyinyir untuk urusan ASI vs sufor, stay at home mom vs working mom, dan lahiran normal vs operasi. Nah, bisa jadi kan? Karena, children see, children do. Kalau sebagai ibu saja kita mempertontonkan aksi menyinyiri emak lain dan itu menunjukkan bahwa kita kurang toleransi dan simpati, masa iya kita menuntut anak-anak kita bisa tumbuh dengan pembawaan berempati dan penuh kasih?