Saturday, April 26, 2014

Grace Melia Kristanto, Penghargaan Khusus Kartini Next Generation Awards 2014


Dheg! Mendengar kalimat yang saya tulis sebagai judul tulisan ini di acara penganugerahan Kartini Next Generation 2014 pada tanggal 22 April 2014 kemarin sontak membuat saya lemas. Rasanya hanya bersyukur, bersyukur, dan bersyukur. Penghargaan ini saya persembahkan untuk Rumah Ramah Rubella. 'Rumah' yang saya bangun tanggal 2 Oktober 2013 lalu dengan penuh cinta dan semangat berbagi cerita. Postingan kali ini akan cukup panjang, sebagai lanjutan tulisan saya sebelumnya yang bisa diintip di sini, jadi yang nggak demen baca cerita panjang-panjang, so sorry, mungkin saya akan membuat kalian bosan. :))

H-1...

Sehari sebelum acara puncak Kartini Next Generation Awards 2014, saya sudah sampai di hotel yang disediakan panitia dari Kominfo untuk para finalis yang berasal dari luar kota, Hotel Bidakara. Sumpah! Baru pertama kali ini saya lihat ada hotel yang areanya juga memiliki toko-toko dan tempat makan. Saya katrok sekali ya... Heuheuheu. Sampai di kamar, saya takjub (lagi) melihat kamar yang bagus. Jarang-jarang banget saya punya kesempatan menginap di kamar seperti itu. Puji Tuhan, berkat-Nya lagi dan lagi. Confession: Saya sampai tidur-tiduran di karpetnya yang empuk saking katroknya. Buahahahahaha. Lebih baik norak daripada sombong, kan? *prinsip macam apa ini hah?!*

Malamya saya dan Mbak Fani (Bisnis) dan Mbak Husna (Edukasi) serta Mbak Suci (adik Mbak Husna) menukarkan kupon welcome drinks dan leyeh-leyeh sambil menyeruput jus. Kami juga mengobrol tentang Flanel Lucu milik Mbak Husna. Dari cerita-cerita malam itu, saya baru tau ternyata Mbak Husna juga memiliki tim yang melayani konseling dan workshop untuk mengenali bakat anak dengan ilmu membaca garis wajah atau fisioknomi. Wah, ini baru banget buat saya, sekaligus menarik. Ini lah sebenarnya yang saya pengen dapatkan dari ajang ini, yaitu saling mengenal banyak teman baru untuk memperluas jaringan dan menambah informasi. Siapa tau kan kalau di kemudian hari bisa bekerja sama atau memiliki proyek bareng. Who knows? :) Yang jelas, saya yakin betul kalau semakin banyak teman maka semakin banyak rezeki. Dan buat saya, rezeki nggak melulu harus berupa rupiah. Dollar kan juga rezeki. Hahahaha. Just kidding. Info baru, pengetahuan baru, wawasan baru juga adalah rezeki, kan? Setuju atau setuju? :))



The Make Up Thingy...

Sesuai yang sudah diinfokan bahwa waktu make up untuk para finalis adalah pukul 10 pagi, maka saya, Teh Nancy (Bisnis), Mbak Fani (Bisnis), dan Idnul (Kesehatan dan Lingkungan) langsung cuss ke ruang make up setelah check out. Berbondong-bondong kami berempat ke ruang make up dan huaa Mbak-Mbak dari Pixy sudah siap dengan make up kit mereka yang super lengkap. Kami nggak bisa langsung dipermak karena tim Pixy sedang mendandani anak-anak yang akan mengisi acara dengan menarikan tarian khas Betawi. Iseng, saya tanyai beberapa dari mereka. Ternyata mereka masih duduk di bangku SMP, ada juga beberapa yang malahan masih SD. Humm, sorry to say, menurut saya dandanan mereka agak berlebihan. Bukan jelek. Bagus sekali malah. Tapi, ya itu, it was just too much for teenagers. Saya pikir anak-anak SD dan SMP yang masih kinyis-kinyis cukup lah hanya dipupuri bedak, lipgloss, dan sedikit blush on. Belum perlu sampai ke mata apalagi dengan bulu mata palsu sebegitu rupa. Saya saja yang sudah cukup umur (baca: ibu-ibu) nggak sampai pakai bulu mata palsu. Mungkin nanti saat sudah SMA lebih pas ya. Saya ingat dulu ketika SD, saya kerap mengikuti lomba karaoke. Oleh Mama, saya hanya diberi bedak dan lipstik. Untuk rambut, cukup diblow. Rasanya itu sudah oke. I know time flies, zaman sudah berubah. Tapi, tetap saja, saya prefer melihat anak SD yang kinyis-kinyis polos dan alami. Bagaimana ya menurut para ibu lain tentang ini? Jadi kepikiran juga, nih. :))



The Talkshow...

Sebelum acara penganugerahan dimulai, acara dibuka dengan talkshow dengan Arzeti Bilbina sebagai MC sekaligus moderator. Narasumber dalam talkshow sangat mumpuni, menurut saya. Ada Bunda Anne Avantie (desainer), Bu Petty Fatimah (Femina), Bu Jenny Lee (IC3), dan Bu Hera Laksmi (Indosat). Honestly, yang paling 'cess' dalam hati saya adalah cerita dari Bunda Anne tentang bagaimana beliau berjuang dari enol sampai saat ini, benar-benar from zero to hero. Salut sekali! Talkshow juga dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya sambil berdiri. Wow, kenapa rasanya terharu ya. Padahal dulu zaman sekolah, tiap kali menyanyikan lagu Indonesia Raya di upacara, saya malas. Karena kepanasan kali ya. Kemarin, dunno why, beda aja. Lebih ngena dari zaman saya muda.

Setelah itu ada sesi talkshow yang lain, kali ini menampilkan selebriti Wulan Guritno juga sebagai narasumber. Dan, seperti biasa, saya katrok. Baru kali ini lihat Wulan Guritno dari dekat. Oh my God, Mbak Wulan Guritno nggak kayak manusia. Kayak terbuat dari pualam saking mulus dan putihnya. Ada juga Titi Rajobintang dan Chef Rinrin Marinka. Sedihnya, saya nggak sempat minta foto bareng mereka. Huhuhuhuhu. Nyesel banget nget nget nget nget! :((


Kartini Next Generation Awards 2014...

Akhirnya tiba juga saatnya bagi kami, para finalis, untuk siap-siap di backstage sebelum kami maju ke panggung. Ada satu hal yang paling saya tunggu-tunggu, yaitu pemutaran video tapping para finalis Kartini Next Generation Awards 2014. Unfortunately, karena keterbatasan waktu, video-video kami nggak jadi ditampilkan. I was a bit disappointed. Saya pikir di situ esensi acara ini sebetulnya. Dengan melihat video kami, audience seharusnya menjadi bisa mengenal kami satu-satu (walau hanya sekilas). Minimal audience jadi bisa tau nama kami, domisili kami, dan gerakan/kegiatan apa yang kami lakukan, bukan? Semoga video-video itu diunggah di YouTube ya. :))

Nggak lama kemudian, momen pengumuman siapa-siapa saja yang menerima Kartini Next Generation Awards 2014 pun tiba. Kartini Next Generation Awards 2014 di Bidang Bisnis jatuh pada Teteh Nancy Margried dengan usaha Batik Fractal dan JBatik Software nya. Kartini Next Generation Awards 2014 di Bidang Edukasi jatuh pada Mak Mira Julia, ibu yang menggagas Rumah Inspirasi dan melakukan homeschooling untuk ketiga buah hatinya. Kartini Next Generation Awards 2014 di Bidang Kesehatan dan Lingkungan jatuh pada Mbak Wilda Yanti yang mengajak kita untuk memberdayakan sampah untuk mewujudkan lingkungan yang lebih bersih dan sehat. Kartini Next Generation Awards 2014 di Bidang Seni dan Budaya jatuh pada Mbak Intan yang mengajak kita untuk mengenal lebih dalam keindahan Indonesia bagian Timur yang eksotis dan mempesona. Sampai di situ, saya sudah lega. Semua pemenang adalah sahabat-sahabat saya. Saya ikut berbahagia dan buat saya semua finalis yang sudah berdiri di panggung sudah memenangkan perjuangannya masing-masing. Ternyata... penghargaan belum selesai. Terakhir diserukan, Penghargaan Khusus Kartini Next Generation Awards 2014 jatuh pada Grace Melia Kristanto! Itu nama pemberian Papa saya, gabungan dari nama beliau dan Mama. Saya dipanggil! Saya dipercaya menerima Special Awards Kartini Next Generation 2014! Puji Tuhan. Thank God! This is huge.




What I Like about Kartini Next Generation Awards 2014...

Ada banyak hal yang saya sukai dari ajang ini. Yang terutama, jelas, spirit dan atmosfernya yang dengan sukses mengajak para perempuan untuk lebih berkarya dan mengenali serta mengembangkan kemampuannya, dengan memanfaatkan TIK. Yang kedua, tapi sama esensialnya, adalah karena ajang ini FAIR. Yes, saya merasa ajang ini fair dan terbuka. Maksud saya dengan fair di sini adalah bahwa kriteria penilaian yang ditetapkan oleh Dewan Juri dan panitia diberitahukan kepada kita semua. Dengan begitu, saya merasa bahwa kita dapat saling belajar dari kelebihan masing-masing finalis. Kenapa kok dia bisa begini, bagaimana dia mengatasi masalah ini, dan lain-lain, kita semua dapat belajar dari itu. Mengutip dari Buku Program Kartini Next Generation 2014 dengan tajuk Women as Agents of Ch@nge, kriteria penilaian meliputi:
  1. Personality, yang meliputi 3 aspek, yaitu: a) Passion (Dilihat dari bagaimana cara peserta menjalankan kegiatan tersebut, kesulitan utama, dan bagaimana mengatasinya), b) Skill & Competence (Dilihat dari keahlian yang dimiliki peserta dalam menjalankan kegiatan, dan c) Networking (Dilihat dari cara peserta membangun jaringan yang berkaitan dengan kegiatan yang dijalankan).
  2. Originality, Creativity, dan Innovation, yang meliputi 2 aspek, yaitu: a) Idea (Dilihat dari bagaimana peserta memulai kegiatan yang dijalankan, bagaimana ide kegiatan tersebut berkembang, dan apa saja yang membedakan kegiatan yang dijalankan dengan kegiatan lainnya), dan b) Technology Used (Dilihat dari penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam kegiatan yang dijalankan).
  3. Promotion, yang meliputi 2 aspek, yaitu: a) Promotion Strategy (Dilihat dari strategi komunikasi/promosi untuk menjalankan kegiatan, dan b) Program Development (Dilihat dari bagaimana mengembangkan kegiatan yang dijalankan saat ini dan kedepannya).
  4. Impact, dilihat dari dampak kegiatan yang dilakukan terhadap lingkungan/masyarakat sekitar.

Selain spirit dan fairness dari ajang ini, saya juga ingin angkat topi untuk para panitia yang mengusahakan transportasi dan akomodasi terbaik untuk para finalis dari luar kota. Saya ingat, tanggal 19 April, saya kalang kabut karena saya kehabisan tiket untuk tanggal 20 April. Saya memang dari awal meminta dicarikan tiket tanggal 20 April karena saya ada acara sebagai narasumber di talkshow Kartini Day Alfamart. Semua penerbangan sudah penuh. Saya juga memastikan sendiri tentang itu dengan menelpon agen perjalanan langganan mertua saya. Benar-benar full dari pagi sampai malam. Sampai saya mencari tiket penerbangan dari Solo atau Semarang, yang mana saja pokoknya saya bisa berangkat tanggal 20 April. Ternyata, Mbak Rina dari Kominfo tetap membantu mencarikan meskipun saya sudah menginfokan bahwa saya sudah mendapat tiket penerbangan dari Semarang. Akhirnya, saya dapat juga penerbangan tanggal 20 April, berangkat dari Jogja. Terima kasih, Mbak Rina dan panitia dari Kominfo. I owed you big time! :))

What Should be Improved from Kartini Next Generation, In My Opinion...

Kesempurnaan hanya milik-Nya, bukan? Sebagai manusia, tentu kita nggak luput dari kekurangan dan kealpaan. Tapi, kalau kekurangan itu bisa diperbaiki supaya di masa mendatang lebih baik, why not? :))

Menurut saya (sekali lagi, menurut saya pribadi loh, yang nggak setuju jangan marahin saya ya, hiks), kebersamaan antara sesama finalis agak kurang. Saya membayangkan semua finalis dikumpulkan, mungkin ada acara dinner bersama gitu, jadi semua finalis punya kesempatan untuk saling mengenal lebih dalam dan lebih dalam lagi lalu tertidur pada hitungan ketiga *emang dihipnotis?* Kan malam sebelum hari-H (baik hari-H seleksi wawancara dan acara puncak) nggak ada agenda apa-apa, jadi kayaknya bakal lebih asyik deh kalau waktu yang free itu diagendakan untuk dinner bersama misalnya. Akan lebih menyenangkan lagi rasanya kalau dinner bersama para finalis juga dihadiri oleh beberapa panitia Kartini Next Generation 2014. Jadi judulnya makan bareng finalis plus panitia. Wah, pasti asyik deh. Karena berdasarkan ngobrol-ngobrol cantik bareng beberapa finalis, sebenarnya yang beberapa dari kami nantikan adalah momen untuk saling mengenal itu. Momen mengobrol itu exciting loh karena kami jadi bisa memperluas jaringan dan wawasan. Ya, bisa sih obrolan itu berlanjut ke BBM, SMS, atau WhatsApp, tapi tetap aja ngobrol langsung lebih menyenangkan, kan? :) Bisa juga sebenarnya kami saling mengenal di tengah acara saat duduk bersama. Tapi, kan kami duduk di dua meja terpisah. Jadi tetap saja nggak bisa ngobrol dengan semuanya. Setelah acara selesai, ada juga yang harus buru-buru mengejar flight. Jadi nggak ada waktu untuk ngobrol deh. :((

Besides, menurut saya akan lebih menyenangkan juga kalau setelah acara selesai ada sesi berfoto bersama antara semua finalis dan panitia. Kalau saya pribadi sih pengen banget bisa punya kenang-kenangan bareng para panitia yang sudah menghadirkan kami ber-18 di ajang ini. Syukur-syukur, silaturahmi bisa berlanjut setelah gawe ini selesai. Sayangnya, setelah penganugerahan selesai, nggak ada sesi ngumpul bareng itu. Saya bisa nyempil saat para panitia berfoto bersama di panggung hanya karena kebetulan saya masih ada di lokasi. Finalis lain yang sudah lebih dulu pulang ya, mau nggak mau, jadi nggak punya kenangan bareng panitia. Setelah penganugerahan, ya wis bubar jalan. Rasanya kok sayang, ya... Setelah Kartini Next Generation Awards 2014 diumumkan, acara dilanjutkan dengan penganugerahan Srikandi Merah Putih Indosat. Kebetulan para Srikandi Merah Putih ini mayoritas adalah public figure yang sudah banyak dikenal. Jadi, para finalis Kartini Next Generation terkesan seperti numpang lewat sekelibatan saja karena setelah itu perhatian langsung mengarah ke para Srikandi Merah Putih. Apalagi audience juga nggak sempat mengenal kami, para finalis, lewat video tapping kami yang batal diputar, jadi ya kesan lewat sekelibat saja itu makin terasa...

Greng acara juga sempat meredup saat kami tau bahwa Bapak Mentri Tifatul Sembiring dan Ibu Menteri Linda Amalia Sari Gumelar berhalangan hadir. But, on this point, it wasn't really a big deal, I'd say. :))

Semoga di tahun-tahun mendatang, akan ada kesempatan berjejaring antara sesama finalis dan panitia yang lebih leluasa ya. Yakin deh, pasti para finalis akan excited loh dengan itu. Dan semoga di tahun-tahun mendatang, setelah selesai acara, minimal ada foto bareng panitia di panggung supaya kesan dan suasana bahwa kita sudah menjadi satu keluarga lebih terasa. :))))

Dok. Ryan Dagur
Dok. Ryan Dagur
Dok. Ryan Dagur

What Suprised Me...

Ada satu hal yang mengejutkan saya (dalam makna positif), sekaligus membuat saya mewek, terharu, ah pokoknya senang banget, yaitu... dukungan dari para Emak dari Kumpulan Emak Blogger!!! Emaks Blogger datang mendukung saya, Mak Winda Krisnadefa (Seni dan Budaya), Mak Mira Julia (Edukasi), dan Mak Achie TM (Edukasi). Wow, heboh nya bukan main, tapi justru itu yang mencairkan suasana dan membuat kami berempat terharu. Sampai-sampai beberapa finalis berkomentar, "Itu pendukungmu dari mana sih, Ges? Heboh banget ya." Buahahaha. Ember. Memang heboh dan meriah syekaleee.

 
Hampir semuanya (kecuali satu Emak Blogger yaitu Mak Indah Nuria Savitri) baru saya temui pertama kalinya di acara Kartini Next Generation Awards 2014. Ada Mak Injul (Indah Juli Sibarani), Mak Popon (Mira Sahid), Mak Haya, Mak Suzie Icuz, Mak Tanti, Mami Icha, Mak Ade Anita, Mak Shinta Ries, Mak Lia, Mak Wylvera, Mak Irma, Mak Echa Cucuth, Mak Vema, Mak Icoel, Mak Aulia Gurdi, Mak Ani Berta, Mak Ade Anita, dan Mak Riski (Ada yang belum saya sebut nggak ya? Hadeuh, masih muda sudah tanda-tanda pikun nih, punten ya kalau ada yang terlewat). Dari sebanyak itu Emak Blogger, banyak buanget yang saya nggak ngenalin karena (menurut saya) foto di FB mereka beda banget sama aslinya. Yang saya langsung kenali itu Mak Haya (saya panggil Mak Haya di dekat ruang ganti, syukurlah nggak salah orang, hehehe), Mak Echa (langsung kelihatan dari auranya yang ruame abes), Mak Popon (karena mirip teman suami saya), Mak Irma, Mami Icha (kebangetan banget kalau sampai nggak mengenali Mami), dan Mak Ani Berta. Ketemu Mami Icha, saya langsung dipeluk. Rasanya kaya dipeluk mama sendiri, nggak salah saya panggil Mak Elisa Koraag dengan sebutan Mami ya. Entah kenapa, dipeluk Mami Icha, saya langsung mewek sampai Mami Icha bilang, "Udah jangan mewek, luntur nanti make-up kamu." Oh. Oke. Jangan. Sampai. Make up. Saya. Luntur. Sekian. Buahahahaha. Mak Echa hari itu mengajak jagoannya, Raffi. Wah, Raffi montok sekali. Please, Raffi, sumbangin dong sedikit ndutnya buat Ubii. Heuheuheu. Mak Echa ini zuper zekali. Bawa-bawa Raffi semontok itu tapi tetap lincah bak gangsing. Resepnya apa, saya wajib contek nih. :)) Suara Mak Echa juga menggelegar. Dari panggung, saya bisa dengar suaranya loh. Huahahaha.


My being moved didn't stop right there. Ada lagi yang bikin saya mewek dengan suksesnya. Dalam hati aja, sekali lagi takut make up luntur. Apalagi kalau bukan tulisan-tulisan yang Emak Blogger bawa buat saya. Di antara tulisan-tulisan itu, ada satu yang paling mencolok karena dipasang bareng boneka-boneka, yaitu buatan Mak Indah Nuria atau yang akrab saya panggil Mak Indah. Saya yakin Mak Indah sibuk, apalagi sebentar lagi Mak Indah akan ditugaskan ke luar planet negeri. Tapi Mak Indah masih mau menyempatkan bikin tulisan kayak gitu buat semangatin saya, lengkap dengan foto suami dan Ubii. Sungguh Mak Indah, saya bahagia. Tapi, saya kecele sih. Kirain boneka-bonekanya bakal dikasihin ke saya. Buahahaha. Apa sih, udah disupporterin kok masih matre! -___-


Satu kata untuk Emaks Blogger, terimakasih. Dari awal sudah ngomporin ikutan dan ternyata masih 'ditemani' sampai akhir perjuangan di Kartini Next Generation Awards 2014. Saya, anak kampung yang katrok ini, jadi merasa punya keluarga di Jakarta. Thanks, Maks. :))


The Prizes...



Nah, mungkin ini bagian yang ditunggu-tunggu oleh beberapa teman yang memang sejak awal sudah nanya-nanya apa hadiahnya tapi belum saya jawab karena belum saya buka semua. Jadi, voila, inilah hadiah yang saya terima.

Di antara hadiah-hadiah itu, ada 2 hadiah yang paling membuat saya bersyukur, yaitu kamera dan powerbank. Kenapa? Jadi gini ceritanya, hape saya itu entah kenapa gampang banget drop baterainya. Semua hape saya lama-lama jadi begini, padahal rasanya saya sudah rawat dengan penuh cinta loh #tsaah. Kalau gampang low batt begini, hape saya sering tiba-tiba mati terus saya kelimpungan cari colokan untuk charging. Dua hari sebelum saya berangkat ke Jakarta, saya minta dicarikan powerbank sama suami. Ternyata, harganya cukup nyekek. Saya lagi bokek *eh kok jadi berima yak, hihihi* Akhirnya saya batal beli powerbank. Lhah, ini malah dapet powerbank! Wow, syukurlah, Tuhan Maha Tahu apa yang saya butuhin ya. Sudah gitu, warnanya pink pula! Kyaaaaaa~ Kalau ini sih berkat kebaikan Mak Lala (Mira Julia) yang mau saya ajak tukeran sih karena aslinya powerbank saya warna hijau. Hahaha. Makasih ya, Mak Lala.

Satu lagi yang memang lagi saya butuhin adalah...kamera! Yes! Saya sudah sempat cerita sama suami kalau saya kepingin ngumpulin uang untuk beli kamera kecil supaya saya bisa bawa kalau saya mengikuti seminar. Kan kadang-kadang materi seminar di layar nggak boleh dicopy ya, makanya saya pengen punya kamera. Puji Tuhan, terkabul juga sekarang berkat Kartini Next Generation. :))

It's Time to Say Good-Bye...

Saying good-bye is never easy, but it's time. Gini aja sedih loh beneran. Gimana dengan para finalis Indonesian Idol yang dikarantina bareng, hidup serumah ya? Sedihnya kayak apa itu :">

Terimakasih untuk kebersamaan kita yang menyenangkan ini. Sampai jumpa di lain kesempatan ya teman-teman. Pengen kenalan sama semua finalis? Tunggu ya, saya akan mengulas mereka satu-satu di tulisan berikutnya. :))


Love,


@gesgeesges




NB: Foto-foto ini ada yang saya ambil dari tag-tag teman-teman di Facebook saya. Jadi saya nggak hafal yang mana foto milik siapa. Maaf kalau ada yang fotonya terpampang di sini tanpa keterangan. Just let me know ya, nanti saya tambahkan keterangan courtesy nya. :))

Thursday, April 17, 2014

Pengalamanku Jadi Finalis Kartini Next Generation 2014

 
Yup! As what the title says, saya kali ini pengen cerita tentang pengalaman saya sebagai Finalis Kartini Next Generation 2014. Whoa! Mimpi bisa terjaring sampai ke tahap ini pun nggak berani, jadi ini saya anggap sebagai berkat dan anugerah dari Tuhan yang luar biasa. Bisa disandingkan dengan 17 Finalis lain yang berprestasi, positif, dan kreatif adalah kehormatan luar biasa. Thus, for me, dapat penghargaan menjadi bukan yang terpenting lagi. Sekali lagi, karena bisa sampai di sini sudah speechless dan grateful luar binasa biasa.

How It Began...

Awalnya saya tahu ada info tentang ajang ini dari Twitter. Jelas, krisis pede duluan. Apalagi lihat para finalis tahun lalu, ada Nila Tanzil, Angkie Yudistia, dan kawan-kawan yang memang prestasinya sudah dikenal banyak orang. Siapa saya? Hanya butiran debu. Eh itu lagu ya? Hihihi. Tapi ada beberapa teman yang mensupport saya untuk mencoba, semuanya dari Kumpulan Emak Blogger. Beberapa emaks yang mendorong saya ada Mak Fita, Mak Myra, Mak Haya, Mak Pungky, Mak Reni, Mak Lianny, Mak Lies, dan masih banyak lagi (panjang banget kalau disebutin satu-satu). Yang jelas, terima kasih saya untuk mereka semua yang mengompori saya. Kalau nggak ada mereka, mana saya berani? Lha wong masih cupu gini. Heuheu.

Finally, I sent my application form. Deg-degan sih enggak ya, ya karena itu tadi, nggak berani berharap apa-apa. Maklum butiran debu. Hahahaha. Eeehh, lha kok saya ketiban duren runtuh yak. Pagi-pagi iseng buka website resmi Kartini Next Generation, ada nama saya. I was like, "Seriously? ME?" Sontak saya langsung speechless. Kegirangan, bersyukur, nggak percaya, dan tentu saja...jiper. Jiper melihat nama 17 Finalis lain yang prestasinya jauuuuhhh lebih keren. Jiper melihat kiprah mereka di bidang masing-masing yang jauuuhhh sudah lebih lama mulai. Galau galau deh. Tapi semua teman menyemangati. Ada 2 komentar penyemangat yang paling cess di hati, yaitu dari Pungky dan Mak Indah Nuria. Kalo si Pungky komennya begini, "Yaelah, urusan amat sama saingan . Percaya aja dirimu bisa dan punya banyak hal yang mereka gak punya. Satu lagi, kayaknya cuma kamu mak yang timsesnya segambreng. Ya di wasap kita, ya di KEB, ya di RRR" Hmm, ini mahmud kalau komen emang pedes. Mulutnya berbisa. Tapi ternyata manjur bok!!! Thanks, Pungkik! Kalau Mak Indah ngomen, "Semangaaaaat.....jangan remehkan kemampuan dirimu...you rock!" Hmm, apa iya saya meremehkan diri sendiri? Sindrom butiran debu kali yak. Hahaha. Yang jelas thanks to you, Mak Indah! :*

The Preparation...

Oke jadi ceritanya saya pede lagi. Persiapan pun dimulai. Lagi-lagi, saya menggengges si Pungky. Nanya-nanya cara bikin video. Siapa sih yang nggak mupeng liat video Srikandi Blogger milik Pungky? Belum nonton? Wuih, nggak gaol! Sok, nontok dulu atuh di sini. Usut punya usut, video sekeren milik Pungky nggak mungkin saya bikin hahaha. Nggak sempat ternyata. Jadilah saya hanya bikin video yang jauh lebih sederhana. 



Voila! Persiapan video beres. Belum selesai dong. Saya mengubek materi tentang TORCH juga, siapa tau ditanyain tentang itu kan. Heuheuheu. Saya juga langsung siapin kalender Rumah Ramah Rubella dan kaos nya untuk ditunjukkan (kalau memang ada kesempatan). Puji Tuhan, hari Minggu (sehari sebelum saya berangkat), brosur Stop Campak Jerman (Rubella) buatan pengurus Rumah Ramah Rubella, Mbak Inel Mama Nadhif sudah jadi. Segera saya cuss untuk print sejumlah finalis dan dilebihkan sedikit. Saya juga siapkan pin Rumah Ramah Rubella. Brosur dan pin itu rencananya akan saya bagikan ke para finalis untuk memperkenalkan Rumah Ramah Rubella sekaligus berbagi informasi soal Rubella. Lumayan :))


The Flight...

Saya dijadwalkan terbang ke Jakarta hari Senin (14/4) pukul 4 sore. Belajar dari pengalaman yang lalu saat ketinggalan pesawat, jam 2 siang saya sudah berangkat dari rumah. Hahahaha. Masih trauma ketinggalan -____- Bisa ngopi-ngopi cantik dulu sambil baca-baca deh (sok rajin, padahal maksudnya baca majalah). Sekitar jam 3 sore, Mbak Fani SMS menanyakan saya ada di mana. Mbak Fani adalah Finalis asal Jogja juga dan kami terbang dengan flight yang sama. Mbak Fani bergerak di bidang Bisnis. Usahanya bisa diintip di sini. Akhirnya kupdar pertama sama Mbak Fani. Duduk bareng sambil ngebrel. Mbak Fani suaranya lembut banget >,< Beda sama suara saya yang cempreng bak kaleng rombeng ini. Eh, ternyata kita jejeran juga di pesawat. Horeee! Ngobrol pun lanjoott! :))


My Roommate...

Dari awal saya sudah tau kalau saya akan sekamar dengan Anissa Junaedi dari Padang. Jadi saya mention dia di Twitter, sok kenal sok asyik getoh. Hahaha. Saya ajak Mbak Nissa untuk tukeran makanan khas daerah masing-masing. Saya nyeplos minta dibawain rendang. Kurang ajar juga yak, belum apa-apa sudah minta-minta. Hihihi. Senin (14/4) pukul 8 malam, saya sudah sampai di hotel, tapi Mbak Nissa belum datang. Lumayan, kesempatan mandi air panas lama-lama, maklum jarang-jarang bisa mandi air panas di pancuran. Hehehe. Kira-kira pukul 10 malam Mbak Nissa datang. Langsung salaman, pelukan, dan cipika-cipiki. Alih-alih naroh barang dan istirahat (doi keliatan capek soalnya), Mbak Nissa langsung nyerocos cerita dia dari mana, habis ngapain, dan lain-lain. Wah! Dapet roommate yang asyik nih! Yeay! Ternyata Mbak Nissa juga lulusan Sastra Inggris. Jadi kami ber-tos ria gitu, heuheu. Terus Mbak Nisa mandi baru kami ngobrol lagi. Whoa! I was suprised! Celana boboknya mirip banget sama celana bobok saya, padahal kami nggak janjian loh. 


Obrolan berlanjut sambil tukeran memento. Terus kami bikin lemon tea sachet yang tersedia di kamar sambil ngemil dan ngobrol. Mbak Nissa cerita banyak tentang kegiatan dan pengalaman kerjanya. I was stunned! She is amazing! Dalam hati saya jiper juga sebenernya, hahaha. Mbak Nissa ini aktif banget. Dia membawahi banyak komunitas di Sumatera Barat. Dia juga aktif mengajar Bahasa Inggris dan berkegiatan lain. Gayanya ceplas-ceplos, hangat, dan bersahabat. Mau kenalan sama Mbak Nissa? Sok intip Twitterya di sini. Miss you already, my roommate! :))


The D-Day...

Saya harus memberi penghargaan buat diri saya sendiri! Selasa (15/4) saya bangun pukul 4.30 pagi! *tebar confetti, tiup terompet, mainkan rebana* Tumbeeeennnnn bingiitttsss. Hahahahaha. Thank God for waking me up! I love YOU! Mandi, beres-beres barang, sarapan, segera para finalis dari luar Jakarta berangkat dengan shuttle ditemani oleh Mbak Rina. Mbak Rina adalah panitia dari Kominfo yang dari awal menghubungi para finalis dan membantu arrange ini dan itu.

Sampai di lokasi, yaitu di Hotel Puri Denpasar, para finalis digiring ke satu ruangan. Karena masih menunggu finalis lain datang, maka kami foto-foto dulu dong. Hehehe. Itu wajib, Jendral! Sampai-sampai juri yang melihat ketawa-ketiwi menonton polah kami dan ada yang nyeletuk, "Ini Kartini Selfi Award!" :))


Tik-tok-tik-tok, para finalis lain mulai datang. Salah tiganya adalah Mak Winda Krisnadefa, Mak Mira Julia, dan Mak Achie. Kenapa saya panggil Mak? Karena kebetulan kami berempat (including me!) adalah proud members of Kumpulan Emak Blogger yang memang saling memanggil dengan sebutan 'Emak'. Mak Wince (Winda Krisnadefa) adalah finalis dari bidang Seni dan Budaya. Mak Wince ini adalah Founder dari Kampung Fiksi. Status boleh beranak, tapi semangat ABG-nya tak lekang oleh waktu, buahahaha. Mak Wince ini rame banget, asyik, dan sumringah terus. Mak Lala (Mira Julia) adalah finalis dari bidang Edukasi. Mak Lala adalah empunya Rumah Inspirasi yang sesuai namanya tentu penuh dengan hal bermanfaat dan inspiratif. Kalau Mak Achie (Asri) adalah finalis yang juga mewakili Kartini lainnya di bidang Edukasi. Mak Achie adalah penggagas Rumah Pena. Kok kompakan ya pakai kata 'rumah', ada Rumah Ramah Rubella, Rumah Inspirasi, dan Rumah Pena. Hihihi. Kapan lagi ada 4 Emak Blogger di ajang yang sama? Don't waste the opportunity and take pictures! Yeah! 


Foto-foto tetap harus lanjoott dengan para finalis lain yah :)) 



While Waiting to be Interviewed...

Berikut ini adalah kegiatan para finalis yang saya abadikan saat mereka menunggu giliran untuk diwawancarai juri. Lucu-lucu yak. Hehehe. Ternyata cara tiap orang untuk overcome nervousness itu beda-beda ya. Ada yang memilih untuk berdoa, main hape, belajar materinya lagi, bikin persentasi, ngobrol, foto-foto (saya banget), ke toilet, dan.... touch up. :)))


My Turn for Interview...

Masuk ruangan interview, kesan pertama adalah.... adem benerrrrr! Hahaha. Surprised awalnya melihat ada 2 artis yang duduk di kursi juri, yaitu Ratih Sang dan Nungki Kusumastuti. Bu Nungki, mirip sama yang biasanya saya tonton di sinetron. Hehehe. Ternyata mirip juga cara bicaranya, kalem dan keibuan. Pertanyaan pertama dari juri pada saya adalah, "Bisa tidur nggak semalam? Grogi nggak?" Hahaha. Saya jawab aja, "Banget, nggak bisa tidur makanya saya mention Twitter @KartiniNextGen terus karena saya dan temen sekamar nggak bisa tidur." Hehehe. 

Pertanyaan-pertanyaan juri antara lain: 1) Apa yang kamu lakukan misalnya kamu saya kasih 1 milyar? 2) Gimana kalau nggak punya 1 milyar, Rumah Ramah Rubella mau cari dana dari mana? 3) Menurut kamu, apa kendala dan peluang Rumah Ramah Rubella? 4) Apa suami kamu mendukung? Apa bentuku dukungannya? 5) Perubahan apa yang kamu ingin wujudkan dari Rumah Ramah Rubella ke lingkungan sekitarmu? 6) Sisanya saya lupa... :)))

Saat interview, saya juga berkesempatan untuk membagikan pin dan brosur Rumah Ramah Rubella pada para juri. Di akhir interview, Bu Ratih Sang berkata, "Oke Grace sudah cukup, tetap kuat dan semangat ya." DHEG! Entah kenapa saya malah jadi terharu sendiri mendengar ucapan beliau dan mata saya jadi berkaca-kaca. Tiba-tiba terbayang perjalanan saya dan Ubii, saat Ubii harus terapi, tes pendengaran, tes jantung, otak, dan lain-lain. Sontak saya jawab, "Dari tadi saya sebenernya happy-happy aja, tapi begitu Ibu bilang begitu kok saya malah jadi mewek ya." Untung eyeliner saya nggak belepotan, huahahahaha.

Sisanya, puji Tuhan, saya cukup selow. Biasanya grogi ketemu banyak orang sehingga ngomong pun jadi tergagap-gagap, tapi kemarin entah kekuatan dari mana, saya bisa sedikit lebih tenang daripada biasanya. Terima kasih, Tuhan. Tentunya berkat doa dan dukungan teman-teman semuanya. :))

Dan ini para juri yang menilai saya:


My Turn for Tapping...

Ini apalagi! Biasanya lihat kamera langsung lemas. Bisa dilihat di Kick Andy, saya grogi berat dan nggak bisa maksimal. Lagi-lagi, Tuhan memampukan dan menguatkan. Walau tentunya nggak sebaik dan selancar para finalis lain, tapi buat saya tapping saya sudah ada peningkatan dari pengalaman sebelumnya. Semoga di lain kesempatan, kemampuan saya bicara ini menjadi lebih baik dan percaya diri lagi. Amin :)) 

Dan memang, berkat Tuhan itu luar biasa. Saat saya tapping, ada yang menonton. Ternyata beliau adalah wartawan Harian Metro untuk berita-berita di Jawa Tengah. Kami pun bertukar kartu nama. Beliau bernama Pak Hendra. Pak Hendra bilang jika ada kegiatan Rumah Ramah Rubella, saya boleh mengirim Press Release pada beliau. Puji Tuhan. Sekali lagi, Rumah Ramah Rubella diberikan jalan. Semoga ini menjadi kabar baik untuk teman-teman para orangtua hebat di Rumah Ramah Rubella. 

Selesai tapping, ngapain lagi kalau bukan foto-foto? :))


Saying Good-Bye...

Setelah interview dan tapping selesai, kami dipersilakan untuk makan siang. Lunchnya enak bangeett! Atau saya aja yang kelaparan membabi buta yah? Heuheu. Akhirnya saya pamit duluan bareng Mbak Fani dan Nita karena kami 1 flight. Takut terjebak macet, jadi lebih baik nggasiki. Senang dan bersyukur bisa menjadi keluarga besar Kartini Next Generation. Senang mendapat inspirasi dan semangat dari para finalis lain yang kece-kece. Jadi motivasi saya untuk berbuat dan berbagi more and more and more. Dalam suatu acara kumpul-kumpul, pastinya kita mendapat kesempatan untuk ngobrol lebih dekat/lebih lama dengan satu atau dua orang. Itu juga yang saya alami. Kebetulan di acara kemarin, saya dapat kesempatan untuk ngobrol lebih intensnya sama Mbak Nissa (karena dia teman sekamar saya) dan Mbak Nancy Margried (karena kami jejeran di ruang tunggu). Oh ya, Mbak Nancy ini adalah finalis dari bidang Bisnis. Dia adalah sesosok perempuan kreatif yang ikut memajukan budaya Indonesia, yaitu batik. Usaha Mbak Nancy bisa diintip di sini. Saya harap nanti saat acara puncak yaitu tanggal 22 April, saya punya kesempatan untuk ngobrol lebih dekat dengan finalis yang lain. Amin. :)))


Kartini Next Generation in My Opinion...

Buat saya ajang Kartini Next Generation ini sangat positif, bukan supaya kami mendapat pengakuan, tapi supaya perempuan-perempuan di Indonesia juga tergerak dengan semangat positif untuk berbagi dan bermanfaat. Buat saya Kartini jaman sekarang adalah para perempuan yang mengerti apa tujuan yang ingin ia capai. Ia tau bagaimana untuk mewujudkannya. Ia tau langkah apa saja yang harus ia lakukan untuk mencapai mimpinya. Ia siap dengan segala resiko yang mungkin muncul dari perjalanannya mewujudkan mimpi. Ia juga melek teknologi karena teknologi di masa kini bisa sangat membantu untuk terwujudnya mimpi itu. Tapi, tetap saja keluarga adalah nomor satu. Buat saya, semua perempuan yang saya kenal adalah Kartini-Kartini dengan cerita, pengalaman, dan perjuangannya masing-masing. Hormat saya untuk kalian semua, Kartini Indonesia. Mari terus berkarya dan bermanfaat bagi sesama! :)) *sok serius nih saya ceritanya*

Kalau biasanya saya melakukan apa pun adalah untuk Ubii, kini bertambah. Mulai sekarang, semua saya persembahkan untuk Rumah Ramah Rubella yang saya bangun dengan cinta dan azas kekeluargaan. Untuk edukasi dan sosialisasi tentang infeksi TORCH bawaan yang lebih merata. Untuk masa depan anak-anak bangsa yang lebih baik. Untuk Indonesia yang lebih sehat. :))

Yang pengen berkenalan dengan para finalis lain, follow aja akun Twitter @KartiniNextGen ya. Yakin, semuanya keren-keren bingits! nanti di lain kesempatan, saya mau mengulas tentang mereka satu-satu ah. Yang mau berteman dengan saya di Twitter, follow dongs di @gesgeesges :))

Love,

Ges.

Saturday, April 5, 2014

Menemukan Pasien TB yang Ternyata Putriku

Credit

Yang Saya Tahu tentang Tuberkulosis

Dari dulu sampai sekitar satu tahun yang lalu, kalau boleh jujur saya nggak mengerti apa pun tentang TB. Saya awam tentang apa sebenarnya Tuberkulosis itu, bagaimana penularannya, bagaimana menjaga kesehatan supaya terhindar dari TB, dan tetek bengeknya. Dan kok saya juga nggak punya inisiatif mencari tahu karena yang ada di kepala saya adalah 'TB itu penyakitnya simbah-simbah.' Yes, that's how I thought about Tuberkulosis. Saya kira yang bakalan terserang TB ya nini-nini dan aki-aki. Jadi saya aman dong dari TB. Keawaman saya mengenai TB juga didukung oleh kebiasaan orang Jawa (paling nggak di tempat saya tinggal) menyebut TB dengan 'flek.' Makin butalah saya.

Credit foto Simbah

Pasien TB Terdekat = Putri Saya

Mau nggak mau, akhirnya saya berkenalan dengan official juga dengan TB. Gimana enggak? Lha wong ternyata putri saya terdiagnosa Tuberkulosis! Jedier. Berarti Tuberkolosis BUKAN hanya menyerang simbah-simbah dong?! Saat terdiagnosa TB di usianya yang baru menginjak 1 tahun, saya menolak percaya. Buat saya itu aneh. Bukan kah TB ditularkan lewat percikan dahak penderita TB? Padahal saya dan suami (kami hanya bertiga di rumah) rasanya nggak pernah batuk-batuk ngekel. Bukan kah mayoritas pasien TB adalah mereka yang berumur 15-55 tahun? Ini anak saya, 2 tahun saja belum, masih amat kinyis-kinyis kan? Lalu bagaimana mungkin? *mikir keras*

Gejala Awal TB pada Putriku

Rasanya pengetahuan ibu-ibu dengan anak usia di bawah 5 tahun mengenai TB masih minim. Atau hanya saya ya? Saya sama sekali NGGAK curiga anak saya terkena Tuberkulosis karena saya pikir yang terkena TB PASTI akan terus-menerus batuk ngekel. Meanwhile, anak saya hampir bisa dibilang nggak pernah batuk ngekel. Batuk sih iya sesekali disertai dengan pilek, tapi setelah pileknya selesai maka berakhir juga batuknya. Saya juga merasa lingkungan rumah kami cukup baik. Memang suami dan beberapa kawannya kadang merokok di rumah. Tapi itu selalu di teras. Saya selalu melarang mereka merokok di area dalam rumah. Pun, setelah mereka merokok saya selalu menyuruh mereka mencuci tangan dan mulut. Saya kira itu cukup.

Awal kecurigaan bahwa anak semata wayang saya terganggu kesehatannya karena Tuberkulosis adalah karena berat badannya yang sangat amat pelit sekali (perlu ditekankan) naik. Sebelum mengkonsumsi obat untuk mengatasi TB-nya, berat badan putri saya stuck selama 4 bulan. Mulanya saya pikir itu disebabkan oleh kebocoran jantung yang diidapnya akibat terinfeksi virus Rubella selama dalam kandungan saya. Tapi rasanya itu kurang masuk akal mengingat, puji Tuhan, kebocoran jantungnya (tipe PDA dan ASD) sudah perlahan menutup dengan sendirinya. Dokter spesialis syaraf anak langganan kami kemudian memberi surat pengantar untuk foto paru (rontgen). Hasilnya: tampak ada bercak-bercak putih di paru-paru anak saya. Nah, kemudian, apa itu cukup untuk memberikan vonis TB ternyata mengganggu kesehatan putri saya? Ternyata BELUM. Ternyata vonis TB nggak bisa diberikan semudah itu. Next, karena sudah ada kecurigaan yang dikuatkan dengan hasil foto paru, anak saya diberikan surat pengantar untuk Tes Mantoux.

Foto paru putri saya

Tes Mantoux untuk Memantapkan Diagnosa TB pada Putriku

Tes Mantoux, seperti yang saya baca di sini, adalah tes untuk menegakkan vonis Tuberkulosis. Caranya: Protein dari kuman Mycobacterium tuberculosis disuntikkan pada lengan bawah putri saya untuk kemudian diobservasi indurasinya selama 48-72 jam. Anak akan dikatakan mengidap Tuberkulosis jika indurasinya di atas 10 mm. Indurasi adalah area yang memerah dan/atau membengkak di sekitar daerah yang disuntik. Indurasi putri saya adalah 15 mm. Positif! Kalau kata dokternya Ubii, "Walah 10 mm saja positif. Apalagi 15 mm, mbah-ne positif!" Sedih kah saya? Justru malah lega dan bersyukur. Hehehe. Karena paling nggak, alasan kepelitan berat badannya jadi terjawab dan segera bisa diobati.

Fakta Tuberkulosis pada Anak

Long story short, saya lantas paham bahwa Tuberkolosis TIDAK hanya menyerang mereka di usia produktif. Ternyata Tuberkulosis juga muncul sebagai gangguan kesehatan pada anak-anak. Mungkin ibu-ibu lain bisa menarik sedikit pelajaran dari keawaman saya dulu. Jangan mengira hanya simbah-simbah lah yang bisa terkena TB. Anak-anak juga bisa. Kalau anak-anak nggak menunjukkan gejala batuk-batuk ngekel (seperti putri saya), mungkin bisa dipantau dari berat badannya. Apa naik dengan signifikan? Atau sulit sekali naik, padahal ia banyak makan dan asupan gizinya terjaga? Kalau ternyata anak memang kecil karena cetakannya (baca: ayah ibunya) juga langsing, ya syukurlah. Tapi kalau ternyata itu disebabkan oleh TB? Nah, perlu konsumsi obat selama minimal 6 bulan lho. Untuk putri saya, setelah masa konsumsi obat selama 6 bulan selesai, sudah menanti agenda foto paru selanjutnya. Ini untuk melihat apakah TB nya sudah sembuh, karena kalau belum berarti obat perlu dilanjutkan.

Sedikit belajar dari pengalaman awam saya juga, ternyata kondisi rumah yang kita anggap sehat pun ternyata belum tentu cukup untuk menjaga kesehatan anak-anak kita dari TB. Saya menganggap rumah saya bersih. Para tamu yang merokok selalu saya ultimatum agar mencuci tangan dan mulut sebelum mencolek-colek putri saya. Peralatan makan dan minum putri saya selalu saya sterilkan segera setelah dicuci. Tapi kok masih tetap saja kecolongan diserang TB? Dari mana anak saya bisa tertular? Hanya Tuhan Yang Maha Tahu yang bisa menjawab. Hehehe. Seriously, saya masih belum habis pikir asal-muasal anak saya terkena TB. Sampai kemudia dokter langganan kami menanyakan ini:
  • Di dekat rumah Ibu ada tetangga yang sedang mbangun rumah? Ya. Banyak tukangnya ndak? Ya. Arah angin dari rumah yang dibangun melewati rumah Ibu ndak? Ya. Nah, bisa saja kalau ada tukang yang batuk lalu terbawa angin lalu menclok ke tempat Ibu.
  • Di rumah Ibu sering ada orang lain? Hanya asisten rumah tangga yang datang seminggu 2 kali. Kalau dia batuk, ditutup ndak? Enggak! Nah, bisa saja itu penyebabnya.
  • Kalau ada tamu berkunjung, pada suka nyiumi putri Ibu ndak? Iya, tapi kalau habis merokok selalu saya suruh cuci tangan dan mulut kok, dok! Lha yang ndak habis merokok? Oh iya, saya nggak menyuruh mereka mencuci tangan dan mulut dulu kalau ingin mencolek putri saya.
  • Tamu yang main ke tempat Ibu, pada suka nyiumi putri Ibu di mana? Pipi, dok. Nah, sebaiknya anak dicium itu di kening saja. Pipi kan dekat dengan mulut dan hidung, lha kalau mereka lagi sakit kan yo gampang nulari anak Ibu to? Iya... *saya menunduk*
  • Yang berinteraksi dengan putri Ibu di rumah apa bisa dipastikan ndak kena TB? Ngudang (mencandai) putri Ibu saja kalau sedang terkena TB bisa nulari anak Ibu lho, tahu toh? Ndak tau, dok...
Credit

Menemukan dan Menyelamatkan Pasien TB yang Masih Anak-Anak

Bermula dari ketidakpahaman saya tentang gangguan kesehatan berupa TB, kini saya belajar. Ternyata anak-anak juga sangat mungkin terkena TB. Ternyata lingkungan rumah yang kita anggap sehat belum cukup menjamin keamanan anak-anak kita dari TB. Ternyata jadi ibu itu memang kadang perlu protektif dalam urusan perijinan pada siapa-siapa saja yang ingin mencolek dan menciumi anak kita (terutama kalau di bawah 2 tahun kan masih sering diciumin ya). Ternyata sebaiknya teman-teman kita menciumi anak kita di area kening saja, jangan di area pipi karena itu dekat dengan mulut dan hidung. Ternyata kita perlu mengingatkan tamu yang berkunjung ke rumah kita untuk selalu menutup mulut saat mereka batuk kemudian mencuci tangan. Ternyata kita perlu siap sedia dengan sekotak masker di rumah, kalau ada tamu yang sedang batuk langsung sodorkan. Ternyata kadang kita perlu mengesampingkan kebiasaan rikuh-rikuhan dalam mengingatkan para tamu untuk lebih berhati-hati saat berinteraksi dengan anak kita. Saya tinggal di Jogja yang masih kental dengan budaya rikuh. Hasilnya saya sering rikuh bin pekewuh mengingatkan tamu kami untuk memakai masker atau menutup mulut saat mereka batuk, padahal ternyata kerikuhan saya bisa membuka jalan untuk kuman TB menulari putri saya. Hiks. Mungkin saya kadang dirasa ekstrim. Sekarang jika ada tamu yang jelas-jelas sedang batuk, saya memintanya untuk nggak seruangan dengan putri saya. Maaf kalau dirasa berlebihan ya, tapi demi anak. Hehehe. Ternyata berat badan yang stuck padahal anak rajin makan dan minum serta minum vitamin juga bisa menjadi jalan untuk kita sebagai orangtua mencurigai kemungkinan TB pada anak. Lebih cepat ketahuan maka lebih baik karena bisa segera diobati. Setelah anak saya rutin mengkonsumsi dua macam obat, yaitu Suprazid + dan Rifampisin, perlahan berat badannya naik. Semoga itu menjadi indikasi bahwa TB yang mengganggu kesehatannya berangsur menghilang.

Saking seringnya disodorkan ke tamu, stok masker habis. PR nyetok lagi :)

Semoga share pengalaman ini bisa bermanfaat untuk orangtua lain. Yuk kita dukung Hari Tuberkulosis dengan lebih aware dan menjaga buah hati kita dari Tuberkulosis. :) Ini ada semacam komik kartun sederhana yang cukup menarik tentang bagaimana mencegah Tuberkulosis yang bisa kita terapkan pada anak-anak kita mulai dari 1) Pemberian vaksin BCG, 2) Deteksi dan pengobatan sedini mungkin, 3) Observasi lingkungan terdekat yang memberikan potensi penularan, 4) Hidup dengan positif dan gembira, 5) Istirahat yang cukup, 6) Asupan gizi yang baik dan seimbang, 7) Udara segar di pagi hari, 8) Gerak badan rutin, dan 9) Gaya hidup higienis.

Credit

Sumber:
1) www.tbindonesia.or.id/
2) www.pedtb.gr/
3) www.info.gov.hk/
4) www.kumpulan-farmasi.blogspot.com/


*Tulisan ini hanya untuk berbagi cerita dalam rangka lomba blog Tuberkulosis Indonesia: Temukan dan Sembuhkan Pasien TB untuk memperingati Hari Tuberkulosis. Sama sekali tidak ada tendensi untuk menggurui apalagi menggantikan diagnosa dokter. Untuk tes Mantoux dan obat yang perlu dikonsumsi anak, tetap perlu dikonsultasikan ke dokter. :)

http://blog.tbindonesia.or.id/